Para
pelaku tindak pidana korupsi semakin kreatif, canggih, dan dilakukan dengan
masif. Pada perkembangannya, penggunaan sandi-sandi korupsi dalam perilaku para
pelakon korupsi kemudian bermetamorfosis. Penggunaan yang kian bermetamorfosis menunjukkan
tindakan korupsi dalam berbagai delik dari dulu, sekarang, hingga masa depan
kian dan terus berevolusi.
Hal
tersebut mengemuka dalam bedah buku “Metamorfosis Sandi Komunikasi Korupsi”
karya Sabir Laluhu, di Auditorium Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di
Ciputat, Tangerang Selatan pada Rabu, 1 November 2017.
Acara bedah
diselenggarakan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (Dema Fidkom) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dema Fidkom menghadirkan tiga
pembicara pembedah, dengan dimoderatori Deden Mauli Darajat (dosen Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Pembicara
pembedah tersebut yakni Abraham Samad (ketua Komisi Pemberantasan Korupsi periode
2011-2015), Andi Faisal Bakti (Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila),
dan Muhamad Isnur (Ketua Bidang Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia sekaligus aktivis antikorupsi). Selain tentunya sang penulis buku, Sabir
Laluhu.
Abraham
Samad menuturkan, buku “Metamorfosis Sandi Komunikasi Korupsi”
yang ditulis Sabir Laluhu merupakan hasil kerja dan tanggungjawab seorang
jurnalis dalam mengawal dan memberitakan pemberantasan korupsi. Terutama yang
dilakukan KPK. Menurut Abraham, buku tersebut sebagian besar mengupas
sandi-sandi komunikasi korupsi dalam puluhan kasus yang dilakukan para pelaku
korupsi saat KPK periode pimpinan KPK 2011-2015.
Para
pelakunya mulai dari politikus termasuk anggota DPR dan DPRD, pengusaha,
penegak hukum, gubernur, bupati, walikota, kepala lembaga negara, menteri
hingga ada yang berstatus sebagai tokoh agama.
Abraham menjelaskan, sebagai kejahatan yang luar biasa maka para pelakunya
hampir sebagian besar adalah orang-orang cerdas. Sarana dan modus yang
dipergunakan demikian canggih untuk mengelabui para penegak hukum.
“Kalau
sandi-sandi saja mengalami metamorfosis, maka korupsi juga mengalami
metamorfosis. Bahkan menurut hemat saya, korupsi itu mengalami evolusi. Korupsi
berevolusi. Dulu dilakukan dengan cara dan modus sederhana tapi, sekarang
perubahannya sangat canggih. Ke depan bisa lebih lagi. Akan jauh. Lebih modern
agar tidak bisa dilacak penegak hukum,” ujar Abraham saat menyampaikan
paparannya.
Pendiri
Anti Corruption Committee (ACC) Makassar ini mengungkapkan,
penggunaan sandi-sandi komunikasi korupsi yang direkam dan dicantumkan dalam
buku tersebut juga menunjukkan bahwa para pelaku korupsi berupaya agar tidak
dijerat penegak hukum, hingga berujung sebagai terdakwa di pengadilan dan
berakhir sebagai terpidana.
Abraham
berpandangan, buku yang ditulis Sabir Laluhu sangat bermanfaat bagi penegakan
hukum pemberantasan korupsi. Buku itu pun bisa menjadi rujukan ilmiah bagi
civitas akademika kampus di seluruh Indonesia.
Berikutnya,
buku tersebut tidak hanya bisa menjadi panduan bagi KPK, tapi juga aparat
penegak hukum lain seperti Kejaksaan dan Kepolisian. Bahkan bisa digunakan bagi
para hakim yang menangani perkara korupsi dengan menggunakan sandi-sandi atau
kode-kode khusus.
“Kalau
koruptor sudah demikian canggih, nanti ke depan akan banyak sandi-sandi lain.
Maka harus di-upgrade pemahaman penyelidik maupun penyidik dan jaksa, termasuk
terkait ilmu komunikasi. Jadi aparat penegak hukum harus meningkatkan
pengetahuannya. Karena ke depan kata-kata sandi akan digunakan dengan cara-cara
dan alat-alat yang lebih maju,” tandas Abraham.
Andi
Faisal Bakti menilai, buku “Metamorfosis Sandi Komunikasi Korupsi” muncul di
waktu dan saat yang tepat. Karena sandi-sandi komunikasi korupsi sudah demikian
banyak dan masif dipergunakan para pelaku korupsi. Dia menuturkan, ke depan
sandi-sandi korupsi benar-benar akan mengalami perubahan bentuk yang sangat
signifikan. Karena pasti akan terus muncul calon pelakon korupsi.
Faisal
berpandangan, buku yang ditulis Sabir Laluhu menunjukkan cara kerja KPK yang
sangat luar biasa. Faisal menuturkan, buku tersebut sangat fokus, rinci, detil,
dan dipenuhi berbagai pengetahuan yang mungkin belum pernah dibahas penulis
lain. Apalagi sandi-sandi yang diungkap tidak hanya dalam komunikasi dengan
media telepon, tapi juga dari tatap muka.
Bagi
dia, buku ini mampu mengupas sandi-sandi komunikasi dengan berbagai teori ilmu
komunikasi terkait kasus atau perakara hukum dalam hal ini korupsi. Kaidah
penulisan yang dibangun sudah memenuhi unsur hasil karya ilmiah.
“Buku
ini buku ilmiah yang dirangkai dengan indah. Setiap tulisan dimulai dengan
bahasa sastra, membuat orang tertarik untuk membaca. Dirangkai dengan gaya
jurnalistik. Buku ini adalah karya ilmiah, karya intelektual yang apik. Banyak
teori komunikasi yang dipergunakan,” tutur Faisal.
Wakil
Ketua Bidang Pendidikan Tinggi Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini
mengungkapkan, korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sedemikian masif,
terbuka, dan transparan. Padahal sebelum era reformasi, korupsi hanya dilakukan
diam-diam atau under the table. Faisal menyarankan, buku ini yang boleh
disebut sebagai buku pertama di Indonesia yang spesifik membahas sandi
komunikasi korupsi, sebaiknya ke depan diterjemahkan dalam bahasa Inggris.
“Jadi
saya sarankan untuk diterbitkan dalam bahasa Inggris. Agar bisa dilihat dan
dipelajari tidak hanya di Indonesia saja. Karena buku ini unik dan apik.
Luar biasa buku ini,” ucap Faisal.
Muhamad
Isnur menyatakan, buku “Metamorfosis Sandi Komunikasi Korupsi” yang disebut
oleh Sabir Laluhu berisi sekitar 199 sandi, lebih 20 kasus kurun 2007 hingga
2017, dan berbagai pelaku merupakan buku yang memperkuat agenda pemberantasan
korupsi. Dia menuturkan, sebagian besar sandi-sandi yang ditulis dalam buku
tersebut berasal dari hasil sadapan KPK.
“Nah
saat ini ada keinginan dari DPR ingin menghilangkan sadapan KPK. Bisa
dibayangkan kalau DPR atau lembaga-lembaga lain mau menghilangkan sadapan KPK
atau membatasi kewenangan KPK menyadap,” tegas Isnur.
Dia
memaparkan, kalau melihat berbagai macam sandi yang sudah dipergunakan para
pelaku korupsi, maka bisa dilihat bahwa ada pelaku yang mempergunakan
sandi-sandi dengan bahasa agama. Bahkan ada yang terkait dengan proyek Alquran
di Kementerian Agama dan berhubungan dengan Komisi VIII DPR yang membidangi
agama.
“Ke
depan, saya sepakat bahwa korupsi dilakukan semakin canggih. Makin ngeri. Buku
ini ada beberapa kekurangan. Salah satunya infografis bagaimana terjadinya
metamorfosis sandi korupsi,” ucap Isnur.
Sabir
Laluhu menuturkan, buku tersebut ditulis sekitar 2 tahun 1 bulan. Dia
mengungkapkan, buku ini sengaja ditulis karena memang sandi-sandi korupsi
sering kali dan akan terus dipergunakan para pelaku korupsi maupun calon
pelaku. Dia memaparkan, ada beberapa pesan yang ingin disampaikan ke publik
lewat buku ini.
Empat
di antaranya, pertama, sebagai pengingat bagi KPK bahwa masih ada banyak
kasus dengan pelaku yang belum ditindak oleh KPK meski sudah ada dalam putusan
yang sudah berkekuatan hukum tetap (inkracht). Kedua, buku ini
bisa menjadi pengetahuan masyarakat dan dapat menebarkan upaya pencegahan.
Pasalnya pada BAB V buku, berisikan juga tentang upaya pencegahan yang
dilakukan KPK.
Ketiga, buku menunjukkan
perkara atau kasus pidana khususnya korupsi tidak hanya berdiri sendiri dengan
hukum pidana, tapi juga ilmu-ilmu lain. Seperti ilmu komunikasi, digital
forensik, dan linguistik atau linguistik forensik.
“Buku
ini juga bisa jadi panduan tidak hanya bagi penyelidik, penyidik, dan jaksa di
KPK saja. Bahkan bisa dipakai oleh pihak Kejaksaan, Polri, dan hakim-hakim di
Pengadilan terkait dengan perkara korupsi yang ada sandi-sandinya,” tegas
Sabir.